Headlines News : Undangan kepada seluruh panitia Hari Santi Nasional (HSN) dan Pengurus Harian Banom tingkat Anak Cabang Tersono, mohon kehadirannya pada Rapat Koordinasi Persiapan HSN besok hari Sabtu, 14 September 2024 pukul 13.30 WIB di Gedung Serbaguna MWC NU Tersono.
Home » » Keteladanan Mbah Maimoen Patut Dicontoh

Keteladanan Mbah Maimoen Patut Dicontoh

Written By mwc nu tersono on Kamis, 08 Agustus 2019 | 00.43

Ada sisi humanisme yang dilakukan almarhum KH Maimoen Zubair selama hidupnya yang dikenal dekat dengan siapa saja. Kedekatan sosok ulama kharismatik yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) diakui oleh semua kalangan, termasuk Wakil Katib Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Arja' Imroni.
 
"Mbah Moen sosok yang sangat luar biasa. Dan itu diperlihatkan kepada saya saat menjadi pengantin baru," ujarnya kepada NU Online, Kamis (8/8). 
 
Diceritakan, dulu sekitar tahun 2001 saat dirinya masih pengantin baru bersama istrinya sowan kepada almukarrom alm KH Maimoen Zubair di Pesantren Al-Anwar, Sarang Rembang. Sowan ini lebih tepatnya adalah memenuhi janji ketika sesaat beliau setelah memberikan nasehat perkawinan saat resepsi pernikahan dirinya.
 
"Saya diminta datang ke Sarang secepatnya setelah pernikahan. Dan saya jawab Insyaallah," paparnya.
 
Dijelaskan, saat datang ke Sarang, dirinya sengaja datang sore setelah waktu Ashar dengan maksud Maghrib maksimal sudah bisa pamit pulang ke Kediri. 
 
"Begitu saya mau pamitan, Beliau dengan suara yang berwibawa ndawuhi 'Sampeyan kudu nginep nang Sarang, ben ngrasakke banyu kene yoo'. Wah, mak deg...karena tidak ada persiapan nginep. 'wis tak sediani omah kosong ndok nggone lor pondok, wis disiapno santri-santri, omahe wis resik kanggo penganten nyar'," jelasnya sebagaimana meniru Mbah Moen.
 
Dirinya sempat menawar untuk pamit saja, tetapi beliau tidak berkenan 'pokoke kudu nginep'. Akhirnya Wakil Katib PWNU Jateng itu dan istrinya sendiko dawuh, dan Mbah Moen menugaskan seorang santri mengantar pengantin baru ini menuju rumah yang dimaksud. 
 
Kiai Arja' pun terkejut bukan kepalang, masuk rumah tercium bau  harum, rumah benar-benar kosong dengan akomodasi yang sangat luar biasa. 
 
"Mestinya saya tidak berhak mendapatkan 'layanan' sebaik ini oleh seorang kiai sekaliber beliau (allahu yarhamhu). Dan menginaplah saya semalam, pagi pun sudah disiapkan sarapan yang diantar ke rumah 'pengantin'. Masyaallah, Mbah Moen begitu memuliakan tamu yang sebenarnya bukan siapa-siapa saya ini," bebernya.
 
Paginya, Kiai Arja' yang juga Dosen UIN Wali Songo Semarang menuju ke ndalem beliau untuk segera pamit. Jam segitu sudah banyak tamu dari berbagai penjuru, banyak juga tamu-tamu kiai. 
 
"Begitu saya salam langsung dipersilakan duduk tepat di sebelah kanan beliau sambil tangan kiri saya dipadukan dengan tangan kanan beliau, dipegang erat-erat. Setiap mau pamit, 'engko disik yo, iki ijeh akeh tamu, lungguh kene disik'," jelasnya. 
 
Disampaikan Arja, begitu dahsyat cara beliau memuliakan tamunya. Dirinya menganggap mestinya tidak layak mendapat penghormatan sseperti dan yang penting semoga doa-doa beliau untuk kami, benar-benar diijabah oleh Allah. 
 
Mantan Sekretaris PWNU Jawa Tengah itu berharap, sikap yang diperlihatkan saat dirinya bertamu patut dicontoh oleh generasi muda NU sekarang. Sikap ketawadluan, keteladanan, dan menghormati kepada siapa saja adalah kunci Mbah Moen tidak saja dikenal di kancah nasional, akan tetapi juga dikenal dan dihormati oleh tokoh-tokoh terkemuka di kawasan Timur Tengah. (Muiz)
 
Share this article :

0 komentar:

 
Published by admin LTNNU