Ada sisi humanisme yang dilakukan almarhum KH Maimoen Zubair selama
hidupnya yang dikenal dekat dengan siapa saja. Kedekatan sosok ulama
kharismatik yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
diakui oleh semua kalangan, termasuk Wakil Katib Pengurus Wilayah
Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Arja' Imroni.
"Mbah Moen sosok yang sangat luar biasa. Dan itu diperlihatkan kepada saya saat menjadi pengantin baru," ujarnya kepada NU Online, Kamis (8/8).
Diceritakan, dulu sekitar tahun 2001 saat dirinya masih pengantin
baru bersama istrinya sowan kepada almukarrom alm KH Maimoen Zubair di
Pesantren Al-Anwar, Sarang Rembang. Sowan ini lebih tepatnya adalah
memenuhi janji ketika sesaat beliau setelah memberikan nasehat
perkawinan saat resepsi pernikahan dirinya.
"Saya diminta datang ke Sarang secepatnya setelah pernikahan. Dan saya jawab Insyaallah," paparnya.
Dijelaskan, saat datang ke Sarang, dirinya sengaja datang sore
setelah waktu Ashar dengan maksud Maghrib maksimal sudah bisa pamit
pulang ke Kediri.
"Begitu saya mau pamitan, Beliau dengan suara yang berwibawa
ndawuhi 'Sampeyan kudu nginep nang Sarang, ben ngrasakke banyu kene
yoo'. Wah, mak deg...karena tidak ada persiapan nginep. 'wis tak sediani
omah kosong ndok nggone lor pondok, wis disiapno santri-santri, omahe
wis resik kanggo penganten nyar'," jelasnya sebagaimana meniru Mbah
Moen.
Dirinya sempat menawar untuk pamit saja, tetapi beliau tidak
berkenan 'pokoke kudu nginep'. Akhirnya Wakil Katib PWNU Jateng itu dan
istrinya sendiko dawuh, dan Mbah Moen menugaskan seorang santri
mengantar pengantin baru ini menuju rumah yang dimaksud.
Kiai Arja' pun terkejut bukan kepalang, masuk rumah tercium bau
harum, rumah benar-benar kosong dengan akomodasi yang sangat luar
biasa.
"Mestinya saya tidak berhak mendapatkan 'layanan' sebaik ini oleh seorang kiai sekaliber beliau (allahu yarhamhu). Dan menginaplah saya semalam, pagi pun sudah disiapkan sarapan yang diantar ke rumah 'pengantin'. Masyaallah, Mbah Moen begitu memuliakan tamu yang sebenarnya bukan siapa-siapa saya ini," bebernya.
Paginya, Kiai Arja' yang juga Dosen UIN Wali Songo Semarang menuju
ke ndalem beliau untuk segera pamit. Jam segitu sudah banyak tamu dari
berbagai penjuru, banyak juga tamu-tamu kiai.
"Begitu saya salam langsung dipersilakan duduk tepat di sebelah
kanan beliau sambil tangan kiri saya dipadukan dengan tangan kanan
beliau, dipegang erat-erat. Setiap mau pamit, 'engko disik yo, iki ijeh
akeh tamu, lungguh kene disik'," jelasnya.
Disampaikan Arja, begitu dahsyat cara beliau memuliakan tamunya.
Dirinya menganggap mestinya tidak layak mendapat penghormatan sseperti
dan yang penting semoga doa-doa beliau untuk kami, benar-benar diijabah
oleh Allah.
Mantan Sekretaris PWNU Jawa Tengah itu berharap, sikap yang
diperlihatkan saat dirinya bertamu patut dicontoh oleh generasi muda NU
sekarang. Sikap ketawadluan, keteladanan, dan menghormati kepada siapa
saja adalah kunci Mbah Moen tidak saja dikenal di kancah nasional, akan
tetapi juga dikenal dan dihormati oleh tokoh-tokoh terkemuka di kawasan
Timur Tengah. (Muiz)
0 komentar:
Posting Komentar